Senin, 14 November 2016

PERMAINAN TRADISIONAL CONGKLAK


Congklak adalah suatu permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji congklak dan jika tidak ada, kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan dan batu-batu kecil. Permainan congklak dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dalam permainannya, mereka menggunakan papan yang dinamakan papan congklak dan buah biji yang dinamakan biji congklak atau buah congklak. Umumnya papan congklak terbuat dari kayu dan plastic
Permainan Congklak selain murah, ringkas, dan mudah dalam penggunaannya, juga mengandung berbagai pelajaran karakter antara lain : 1) Belajar menghitung, 2) Kerjasama, 3) Ketelitian, 4) Kejujuran dan 5) Kecepatan
Manfaat secara praktis permainan congklak
·         Memberikan bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk meningkatkan hasil belajar dengan permainan congklak
·         Bagi siswa agar memahami konsep-konsep dalam matematika dengan menerapkan kedalam situasi dunia nyata sehinggan belajar matematika lebih bermakna untuk mengembangan daya pikir dan tumbuh kompetensi sisw
            Permainan tempo dulu sebenarnya sangat baik untuk melatih fisik dan mental anak. Secara tidak langsung anak-anak akan dirangsang kreatifitas, ketangkasan, jiwa kepemimpinan, kecerdasan, dan keluasan wawasannya melalui permainan tradisional. Namun sayangnya seiring kemajuan jaman, permainan yang bermanfaat bagi anak ini mulai ditinggalkan bahkan dilupakan. Anak-anak terlena oleh televisi dan video game yang ternyata banyak memberi dampak negatif bagi anak-anak, baik dari segi kesehatan, psikologis maupun penurunan konsentrasi dan semangat belajar.
Permainan Tradisional yang semakin hari semakin hilang di telan perkembangan jaman, sesungguhnya menyimpan sebuah keunikan, kesenian dan manfaat yang lebih besar seperti kerja sama tim, olahraga, terkadang juga membantu meningkatkan daya otak. Berbeda dengan permainan anak jaman sekarang yang hanya duduk diam memainkan permainan dalam layar monitor dan sebagainya. Setiap daerah, atau negara memiliki permainan tradisional berbeda-beda. Dalam kesempatan ini, penulis akan memaparkan permainan tradisional “Congklak”.
Congklak adalah suatu permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia. Congklak adalah satu dari banyak permainan tradisional yang mulai hilang karena perubahan zaman. Pada zaman dahulu dengan segala keterbatasan fasilitas, anak-anak masih dapat bermanin dengan tidak menyalahi masa-masa mereka yaitu bermain.
Di Malaysia permainan ini lebih dikenal dengan nama congkak dan istilah ini juga dikenal di beberapa daerah di Sumatera dengan kebudayaan Melayu. Di Jawa, permainan ini lebih dikenal dengan nama congkak, dakon, dhakon atau dhakonan. Selain itu di Lampung permainan ini lebih dikenal dengan nama dentuman lamban sedangkan di Sulawesi permainan ini lebih dikenal dengan nama Mokaotan, Maggaleceng, Aggalacang dan Nogarata. Dalam bahasa Inggris, permainan ini disebut Mancala. Di Filipina disebut sungka, di Srilangka dikenal dengan cangka, di Thailand tungkayon.
Permainan congklak merupakan permainan tradisional dari adat Jawa. Menurut sejarah permainan ini pertama kali dibawa oleh pendatang dari Arab yang rata-rata datang ke Indonesia untuk berdagang atau dakwah. Pada umumnya jumlah lubang keseluruhan adalah 16, yang dibagi menjadi tujuh lubang kecil dan satu lubang tujuan untuk masing-masing pemain. Lubang tujuan merupakan lubang terkiri (biasanya diameternya lebih besar). Skor kemenangan ditentukan dari jumlah biji yang terdapat pada lubang tujuan tersebut.

v  Alat-alat yang Diperlukan dalam Permainan Congklak
            Untuk bermain congklak dibutuhkan peralatan papan permainan congklak atau dalam bahasa jawa disebut dhakon dan biji-bijian atau batu kerikil atau cangkang kerang tergantung daerahnya. Di daerah dekat sungai batu-batuan digunakan sebagai biji dhakon, sementara di daerah perkebunan biasanya digunakan biji-bijian baik biji asem, kemiri ataupun biji jagung. Dhakon atau papan permainan congklak terbuat dari kayu yang dibentuk memanjang menyerupai lesung. Bidang atasnya pada kedua sisinya diberi lubang-lubang berjajar (sawah) dengan jumlah bervariasi pada setiap daerah misalnya 5, 7, atau 9 lubang. Di masing-masing ujungnya terdapat lubang besar (lumbung atau rumah). Jumlah biji yang digunakan dalam permainan congklak sesuai dengan jumlah sawah yang ada dalam papan permainan. Misalnya terdapat tujuh pasang sawah maka biji yang digunakan berjumlah 7 x 7 x 2 = 98.
Alat permainan terbuat dari kayu berbentuk seperti perahu dengan ukuran panjang 80 cm, lebar 15 cm dan tinggi 10 cm. Pada kedua ujungnya terdapat logak yaitu lubang yang tidak tembus berbentuk seperti setengah bulatan bola, bergaris tengah 10 cm. Kedua lubang itu disebut indung atau lubang induk. Antara kedua indung terdapat dua deret lubang berukuran lebih kecil, kira-kira berdiameter 5 cm dan setiap deret berjumlah 7 lubang. Alat tersebut dilengkapi dengan biji-bijian untuk pengisi lubang-lubang congkak, biasanya berupa biji asem, sawo atau biji tanjung. Di daerah pesisir biji-bijian itu diganti dengan kewuk atau kulit kerang
v  Cara bermain Congklak
Permainan congklak ini dapat dimainkan oleh 2 orang atau maksimal 4 orang, baik oleh perempuan maupun laki – laki. Ironisnya, saat ini banyak anak – anak yang tidak mengenal permainan congklak karena banyak permainan yang lebih modern dan canggih, orang tua pun sekarang jarang memperkenalkan permainan ini pada anak – anaknya.
Cara bermain congklak ini adalah pertama, tiap lubang kecil diisi dengan 7 biji yang biasanya terbuat dari kerang atau pastik. Kecuali lubang induk yang dibiarkan kosong. Setiap pemain mengambil semua biji yang terdapat pada lubang kecil yang diinginkan, untuk disebar satu biji per lubang berurutan searah jarum jam. Langkah tersebut dilakukan berulang. Apabila pada lubang terakhir meletakkan biji masih ada isinya (lubang tersebut tidak kosong) maka pemain tersebut melanjutkan dengan mengambil semua biji yang terdapat pada lubang tersebut dan melanjutkan permainan. Apabila peletakan biji terakhir berada pada lubang yang kosong maka pemain tidak dapat melanjutkan langkah. Giliran permaianan berpindah kepada lawan. Keadaan ini disebut sebagai keadaan mati.
Setelah semua baris kosong, maka permainan dimulai lagi dengan mengisi 7 lubang milik kita, masing-masing dengan 7 biji dari biji yang ada di lubang induk kita. Dimulai dari lubang yang terdekat dengan lubang induk, bila tidak mencukupi maka lubang lainnya dibiarkan kosong dan selama permainan tidak boleh diisi. Biji milik lawan dapat menjadi miliknya dengan cara nembak yaitu biji terkahir jatuh pada lubang yang kosong dan secara kebetulan lubang di depannya penuh dengan biji, maka biji itu dapat diambil dan mengisi lubang induknya. Dalam hal ini kejujuran pemain turut menentukan, karena bisa saja berlaku curang dengan memasukkan dua biji sekaligus dalam satu lubang, bila pengisian telah mendekati lubang kosong. Permainan terus berlanjut dengan saling bergantian dan baru berakhir setelah lubang salah seorang pemain kosong.
Permainan berakhir apabila seluruh biji sudah berada pada lubang tujuan masing-masing pemain, atau apabila salah satu pemain sudah tidak memiliki biji pada lubang-lubang kecilnya untuk dimainkan (disebut mati jalan). Pemenangnya adalah yang memiliki jumlah biji terbanyak pada lubangnya.
Bila permainan akan dilanjutkan pada babak berikutnya, lubang-lubang kembali diisi. Kemungkinan terjadi lubang salah seorang pemain ada yang kosong karena biji miliknya terambil oleh lawan yang disebut pecong dan hal itu merupakan kekalahan. Namun, bila pada deretnya masih terdapat biji-bijian dinyatakan meunang papan dan dia akan menjadi pemain pertama pada permainan berikutnya. Permainan congkak tidak mempunyai batas waktu, dapat dilaksanakan berulangkali dan kapan saja.

v  Manfat yang Diperoleh Baik oleh Fisik Maupun Mental dalam Permainan Congklak
            Congklak adalah salah satu permainan yang didalamnya terdapat nilai yang lebih yaitu matematika, khususnya konsep pembagian. Permainan congklak bisa membuat kita sehat dengan cara bermain permainan tersebut, tidak hanya fisik, permainan ini juga bisa melatih otak untuk berpikir dan langsung praktek.
Adapun beberapa manfaat atau nilai yang bisa diambil dari bermain congklak adalah sebagai berikut :
·         Sikap Sportif, dengan bermain congklak, kita dilatih untuk memberanikan diri bersikap sportif, jika tidak sportif, bisa saja kita memasukkan beberapa biji ke dalam satu lubang induk, atau berpura-pura tidak berhenti pada lubang kosong, dan lain-lain.
·         Sikap Jujur, Jujur juga tidak jauh berbeda dengan sikap sportif, intinya permainan jujur dalam congklak akan membuat permainan semakin seru.
·         Strategi, dalam bermain congklak, tentunya kita tidak asal memainkan biji-biji tersebut. tetapi, kita dituntut untuk berpikir bagaimana caranya supaya kita bermain tidak cepat berhenti di lubang kosong, mengatur strategi bagaimana caranya kita dapat mengambil biji lawan dengan cepat, bagaimana caranya kita bisa menang dan bagaimana caranya agar kita tidak bermain kembali dengan kondisi ada lubang yang kurang biji (kalau di daerah saya, jawa barat disebut pecong )

Berikut ini beberapa manfaat Permainan Tradisional Terhadap Perkembangan Jiwa Anak:
1.      Mengembangkan kecerdasan emosi dan antar personal anak.
Hampir semua permainan tradisional dilakukan secara berkelompok. Dengan berkelompok anak akan: mengasah emosinya sehingga timbul toleransi dan empati terhadap orang lain, nyaman dan terbiasa dalam kelompok. Contoh permainannya : Kasti. bentengan, Bola bekel
      2. Mengembangkan kecerdasan logika anak
Beberapa permainan tradisional melatih anak untuk berhitung dan menentukan langkah-langkah yang harus dilewatinya, misalnya: engklek, congklak, lompat tali
      3. Mengembangkan kecerdasan kinestetik anak
Pada umumnya, permainan tradisional mendorong para pemainnya untuk bergerak, seperti melompat, berlari, menari, berputar, dan gerakan-gerakan lainnya. Contoh permainannya adalah: Enggrang, Lompat tali.
     4. Mengembangkan kecerdasan natural anak
Banyak alat-alat permainan yang dibuat/digunakan dari tumbuhan, tanah, genting, batu, atau pasir. Aktivitas tersebut mendekatkan anak terhadap alam sekitarnya sehingga anak lebih menyatu terhadap alam serta mengembangkan kreatifitas anak. Contoh permainannya adalah: Mobil-mobilan terbuat dari kulit jeruk bali, Engrang terbuat dari bambu.
     5. Mengembangkan kecerdasan musikal anak.
Nyanyian atau bunyi-bunyian sangat akrab pada permainan tradisional. Permainan-permainan yang dilakukan sambil bernyanyi di antaranya: Berbalas Pantun, Tari Tempurung.
     6. Bisa digunakan sebagai terapi terhadap anak
Saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa, dan bergerak. Kegiatan semacam ini bisa digunakan sebagai terapi untuk anak-anak yang memerlukannya kondisi tersebut.
Dan tentunya masih banyak lagi manfaat permainan tradisional bagi perkembangan jiwa anak yang sedang dalam masa pertumbuhannya, emosional, pengembangan diri, dan interaksi sosial.
Namun, seiring berkembangnya zaman permainan ini sudah tidak pernah ada lagi, baik dari kalangan anak-anak hingga remaja sudah tidak ada yang bermain congklak, mereka lebih memilih bermain dengan ponsel mereka, karena di ponsel mereka sudah ada permainan yang lebih menarik dari pada congklak. Sangat disayangkan permainan ini tidak ada lagi, seperti yang sudah di tuliskan di atas, bahwa permainan congklak ini banyak manfaatnya. Pada zaman saya, masih banyak permainan tradisional yang suka saya bermainkan dengan teman-teman saya, seperti sodor-sodoran, kasti, petak umpet, rumah-rumahan dari tanah, kering-keringan, dengklek, goak-goakan, kelereng, main karet dan masih banyak lagi.


Sumber: https://mainantradisionalindonesia.wordpress.com/2013/08/23/permainan-congklak-dakon/

Rabu, 02 November 2016

SEJARAH SINGKAT DESA SEMBIRAN

SEJARAH SINGKAT DESA SEMBIRAN


Desa Sembiran merupakan sebuah desa kuno yang sudah berumur ratusan tahun. Ada banyak peninggalan bersejarah di desa ini yang diyakini sudah berusia 2.000 tahun sebelum masehi. Ada setidaknya 40 perabotan kuno yang dibuat dari batu dan besi yang ditemukan di Sembiran yang kemudian dikelompokkan menjadi jenis perabotan berbentuk pipih dari besi, kapak tangan dari batu, alat pemotong persegi dari batu, palu yang terbuat dari batu, dan serpihan beberapa perabot dari batu.

Selain ditemukan sekitar 40 perabotan kuno dan bersejarah tersebut, juga ditemukan sekitar 20 prasasti perunggu yang menceritakan sejarah desa ini. Berbagai benda peninggalan tersebut mesti dijaga dan dilestarikan dengan sebaik-baiknya sehingga karena alasan itulah maka kemudian dibangun kembali sebuah rumah tua yang sesuai dengan bentuk aslinya, yang biayanya ditanggung oleh pemerintahan kabupaten dengan maksud untuk melindungi berbagai penemuan tersebut.
Selain ada rumah tua yang unik dan menarik, desa ini juga memiliki potensi seni serta adat-istiadat yang masih dipertahankan sampai kini. Beberapa tarian sakral masih dipentaskan dalam upacara-upacara tertentu sebagai perwujudan bahwa kesenian tradisional warisan nenek moyang masih terus diupayakan untun dipertahankan baik itu dalam konteks lingkungan keluarga maupun masyarakat.

Zaman Batu Tua
Berbagai benda yang telah dibahas diatas, yang ditemukan di Desa Sembiran ini termasuk alat yang berasal dari zaman Batu Tua (Poletithicium). Namun sayang, sampai kini belum berhasil ditemukan jenis manusia yang mendukung atau menciptakan alat-alat tersebut. Selain benda-benda yang berasal dari jaman Batu Tua, di Sembiran juga ditemukan beberapa prasasti yang terdiri dari 6 golongan yakni;
1.      Prasasti Jaman Ratu Ugrasena (24 januari 923 M)
2.      Prasasti Jaman Tabranida-Warmadewa (19 Desember 951 M)
3.      Prasasti jaman Raja Jhanasadhu-Warmadewa (6 April 975 M)
4.      Prasasti jaman Sang Ratu Dari Ajua-Dewi (11 September 1016 M)
5.      Prasasti jaman Raja Anak Wungsu (10 Agustus 1065 M)
6.      Prasasti jaman Raja Jaya pangus (22 Juli 1181 M)
Prasasti itu pada dasarnya memuat peraturan–perturan yang ditetapkan oleh Raja/Ratu yang berlaku untuk Desa Julah dan sekitarnya termasuk Desa Sembiran.         
Selain penemuan 40 perabotan kuno yang terbuat dari batu dan besi, di Desa Sembiran juga ditemukan 17 Pura dengan ciri batu besar. Diperkirakan batu-batu besar tersebut dibuat pada jaman megalithicum (jaman batu) yang digunakan sebagai tempat persembahyangan. Di desa sembiran masih mempertahankan tradisi lama tradisi budaya lama bali baik dalam lingkungan keluarga maupun bermasyarakat.  bahkan beberapa tarian sakral masih dipentaskan pada saat pelaksanaan upacara di desa setempat, sedangkan pada adat istiadat
Adapun pura yang mempunyai unsur megalith sebagai berikut :
·         Pura Sang Hyang Kedulu
·         Pura Hyang Dalam
·         Pura Ngudu
·         Pura Suksuk
·         Pura Pelisan
·         Pura Janggotan
·         Pura Sang Hyang Sakti
·         Pura Ratu Ngurah Dijaba
·         Pura Kayehan kangin
·         Pura Tegal Angin
·         Pura Dukuh
·         Pura Melaka
·         Pura Jampurana
·         Pura Pendem
·         Pura Pintu
·         Pura Empu
·         Pura Sang Hyang Tegeh